Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Komunikasi Antarpribadi: Definisi, Asumsi Dasar, Ciri-Ciri, dan Tujuan

Komunikasi Antarpribadi


Komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara tatap muka, sehingga memungkinkan setiap individunya untuk menangkap reaksi atau respon satu sama lain, baik respon verbal maupun non verbal. Komunikasi antarpribadi ditandai dengan suatu bentuk pengungkapan seorang individu terhadap tindakan yang dilakukan oleh individu lain. Pengamatan seorang individu terhadap tindakan individu lain inilah yang mengisyaratkan terjalinnya proses antarpribadi. Jadi, dapat pula disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi dapat tercipta jika pihak-pihak yang berkomunikasi mengamati keadaan pihak lain, lalu memberikan reaksi.

 

Definisi Komunikasi Antarpribadi

Adapun definisi komunikasi antarpribadi menurut para ahli, antara lain:

  1. Deddy Mulyana: mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi antar manusia secara tatap muka yang memungkinkan pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.
  2. R. Wayne Pace: mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai proses komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Hal ini memungkinkan komunikator menyampaikan pesan secara langsung dan komunikan menanggapinya pada saat yang bersamaan.
  3. Everett M. Rogers: mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antar beberapa individu.
  4. Joseph A. Devito: mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik langsung.
  5. Onong Uchjana Effendy: mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi antara dua orang dimana kontak langsung terjadi dalam bentuk percakapan, baik secara langsung atau berhadapan muka (face to face) maupun tidak langsung melalui media seperti telepon.

 

Asumsi Dasar dari Komunikasi Antarpribadi

Jadi dalam hakikatnya, setiap individu yang berkomunikasi akan membuat prediksi pada data psikologis tentang efek atau perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi pemberi pesan (komunikator) reaksi penerima pesannya (komunikan) menyenangkan, maka ia akan merasa bahwa komunikasinya telah berhasil. Kemudian menurut Miller, terdapat tiga tingkatan analisis yang digunakan untuk melakukan prediksi, yakni tingkat kultural, tingkat sosiologis, dan tingkat psikologis:

      1. Tingkat Kultural

Dalam tingkat ini, seorang individu melakukan prediksi atau analisis terhadap karya akal budi manusia seperti kebiasaan, bahasa, maupun norma sosial yang berlaku di masyarakat dengan berdasarkan stereotip. Atau dengan kata lain, dalam tingkat ini seorang individu melakukan prediksi terhadap hal-hal yang berkenaan dengan kultur individu lain yang diajak berkomunikasi. Sebagai contoh: Ketika saya sedang berada di restoran yang ramai pembeli, kemudian datanglah seorang laki-laki menghampiri meja saya dan berkata, "Monggo, Mbak’ boleh saya duduk disini ndak? Soalnya saya ndak dapat tempat duduk Mbak’ ". Persepsi saya terhadap laki-laki tersebut adalah orang suku Jawa, karena logat gaya bahasa dan penekanan kata yang diucapkannya.

      2. Tingkat Sosiologis

Dalam tingkat ini, seorang individu melakukan analisis terhadap karakteristik kelompok sosial tertentu. Atau dengan kata lain, seorang individu melakukan prediksi terhadap reaksi dari individu lain yang dilihat dari segi keanggotaannya. Sebagai contoh: Sebelum saya menanggapi ucapan laki-laki itu, saya tersenyum seraya mengamati karakteristiknya. Ia membawa nampan makanan pesanannya, memakai tas ransel besar, memakai kemeja SMA, dengan tanda pengenal OSIS. Maka saya mengambil kesimpulan bahwa laki-laki itu adalah salah satu anggota OSIS.

      3. Tingkat Psikologis

Dalam tingkat ini, seorang individu melakukan prediksi atau analisis terhadap pengalaman individual yang unik dari individu lain. Jadi dalam tingkat ini, kedua individu yang terlibat dalam komunikasi ini dapat berinteraksi menggunakan norma relational yang hanya dipahami oleh mereka berdua berdasarkan pengalaman dari pola kesepakatan mereka. Sebagai contoh: Saya menyuruh adik saya untuk mandi, dan memberikannya tanda isyarat dengan cara menganggukkan kepala seraya menoleh ke arah kamar mandi. Setelah melihat isyarat yang diberikan, adik saya segera bergegas mengambil handuk dan berlalu ke kamar mandi. Isyarat ini hanya dimengerti oleh kami saja, dan tidak dimengerti oleh orang lain, bahkan ibu saya sendiri.

 

Ciri-Ciri Komunikasi Antarpribadi

Menurut Everett M. Rogers, komunikasi antarpribadi memiliki beberapa ciri. Adapun ciri-cirinya, antara lain:

  1. Adanya arus pesan yang terjadi secara dua arah.
  2. Konteks komunikasinya dilakukan secara langsung atau tatap muka.
  3. Memiliki respon yang tinggi.
  4.  Memiliki kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi.
  5. Memiliki kecepatan yang lambat dalam menjangkau sasaran yang besar dan luas.
  6. Efek yang terjadi akibat komunikasi ini adalah perubahan sikap.

Sedangkan menurut Joseph A. Devito, ciri-ciri komunikasi antar pribadi, adalah:

  1. Openness (Keterbukaan): keterbukaan di sini berarti kemauan untuk menanggapi informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Adapun kualitas keterbukaannya, dilihat dari tiga aspek. Pertama, komunikator hendaknya terbuka terhadap komunikan. Kedua, kesediaan komunikator untuk bereaksi terhadap stimulus yang datang secara jujur. Dan ketiga, komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah murni berasal dari dirinya sendiri dan memiliki tanggung jawab terhadapnya.
  2. Emphaty (Empati): berarti kemampuan individu untuk memahami apa yang tengah dialami oleh individu lain melalui sudut pandang tertentu.
  3. Supportiveness (Dukungan): dengan hadirnya dukungan di tiap individu yang terlibat, maka komunikasi antarpribadi akan berjalan dengan efektif.
  4. Positiveness (Rasa Positif): rasa positif ini harus dimiliki oleh seorang individu terhadap dirinya sendiri. Jika ia sudah memiliki rasa positif terhadap dirinya, maka ia dapat mendorong individu lain untuk menciptakan situasi yang kondusif yang pada akhirnya melahirkan sebuah interaksi yang efektif.
  5. Equality (Kesetaraan): kesetaraan diperlukan untuk menciptakan komunikasi antarpribadi yang lebih efektif. Hal ini berarti ada sikap menghargai dari kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi.

 

Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Menurut Widjaja, komunikasi antarpribadi tak serta merta terjadi begitu saja melainkan memiliki suatu tujuan. Adapun tujuannya, adalah sebagai berikut:

      1. Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain

Dengan melakukan komunikasi antarpribadi, kita memiliki kesempatan untuk memperkenalkan diri sendiri kepada orang lain, begitu pun sebaliknya. Hal ini juga membuat kita mengenal kepribadian orang lain, sehingga akan timbul rasa saling mengenal dan memahami satu sama lain.

      2. Mengetahui Dunia Luar 

Komunikasi antarpribadi memberikan kita kesempatan untuk memahami lingkungan sekitar, seperti objek, suatu kejadian, bahkan mengenali orang lain. Tak dapat dipungkiri, komunikasi antarpribadi mendatangkan pengalaman baru bagi kita berkat interaksi yang kita lakukan.

      3. Menciptakan dan Memelihara Hubungan 

Dengan melakukan komunikasi antarpribadi, kita sebagai makhluk sosial dapat memelihara hubungan baik dengan orang lain melalaui interaksi. Di samping itu, akan ada manfaat lain yang muncul berkat interaksi yang dilakukan, seperti membantu mengurangi perasaan kesepian, sedih, dan depresi.

      4. Mengubah Sikap dan Perilaku

Komunikasi antarpribadi dapat mengubah sikap dan perilaku individu lain dengan cara mempersuasi, memberikan kritik, dan nasihat kepada seseorang dengan tujuan agar ia bertindak sesuai dengan apa yang kita kehendaki.

      5. Bermain dan Mencari Hiburan

Pada dasarnya komunikasi antarpribadi juga dapat membuat kita merasa senang dan menghilangkan kejenuhan dengan cara bertukar kisah-kisah dengan keluarga maupun kerabat.

      6. Membantu Orang Lain

Tentu saja komunikasi antarpribadi dapat membantu orang lain. Adapun bentuk bantuannya dapat berupa memberikan saran, nasihat, hingga kritikan.

Post a Comment for "Komunikasi Antarpribadi: Definisi, Asumsi Dasar, Ciri-Ciri, dan Tujuan"