Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Komunikasi Antarbudaya: Asumsi, Definisi, Fungsi, dan Hambatan

 


Komunikasi antarbudaya terjadi ketika individu dari suatu budaya menghasilkan pesan untuk dikonsumsi oleh individu lain yang berasal dari budaya berbeda. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih individu yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Perbedaan ini tidak hanya menyangkut perbedaan budaya saja, melainkan dapat pula berupa pengalaman, pengetahuan, perbedaan usia, hingga kepribadian antarindividu. Karena demikian, dapat dikatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah perluasan dari berbagai bidang studi komunikasi, karena ia dapat berada di semua jenis komunikasi.

Komunikasi antarbudaya memiliki manfaat dan dampak positif di lingkup masyarakat, yakni memberikan pemahaman seputar kultur lain, yang nantinya dapat mempermudah interaksi antar individu yang berbeda kultur agar tidak terjadi kesalahpahaman. Komunikasi antarbudaya dapat menciptakan keselarasan dalam bermasyarakat, karena ia dapat menyatukan seluruh masyarakat yang berbeda etnis. Hal ini berdampak pada lancarnya proses interaksi yang terjalin. Kemudian, ada hal yang membedakan komunikasi antarbudaya dengan jenis komunikasi lain, yakni relatif besarnya perbedaan latar belakang pengalaman para individu yang berinteraksi, yang disebabkan oleh perbedaan budaya.

 

Asumsi-Asumsi Komunikasi Antarbudaya

Menurut Alo Liliweri, terdapat beberapa asumsi komunikasi antarbudaya. Adapun asumsinya, adalah sebagai berikut:

1. Perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan

Dalam berkomunikasi, setiap individu yang terlibat di dalamnya memiliki perbedaan iklim, apalagi jenis komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi antarbudaya. Perbedaan iklim ini disebabkan karena perbedaan latar belakang, sudut pandang, norma, maupun persepsi mereka terkait suatu budaya.

2. Komunikasi antarbudaya mengandung isi dan relasi antarpribadi

Selayaknya komunikasi pada umumnya, komunikasi antarbudaya mengandung isi dan makna. Keduanya (isi dan makna) adalah dua hal yang saling terikat dalam membentuk relasi. Jadi dalam hal ini isi pesan, makna, dan relasi adalah hal yang saling berkaitan. Sebaliknya, relasi antarindividu juga dapat mempengaruhi bagaimana penafsiran terhadap isi pesan. Sebagai contoh, permintaan tolong dari adik dapat saja kita anggap sebagai permintaan yang tidak terlalu penting, atau dengan kata lain kita memiliki pilihan untuk menurutinya atau tidak menurutinya. Sementara, permintaan tolong dari atasan kerja kita anggap sebagai hal yang tidak dapat ditolak (perintah), karena kita menafsirkan bahwa segala hal yang diucapkan oleh atasan adalah suatu perintah, sehingga kita tidak memiliki pilihan untuk menolaknya. Di sinilah letak bahwa relasi dapat mempengaruhi penafsiran kita terhadap suatu pesan.

3. Gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi.

Sebenarnya, komunikasi antarpribadi adalah cikal bakal dari komunikasi antarbudaya. Mengapa demikian? Karena komunikasi antarbudaya berasal dari interaksi yang dilakukan oleh individu-individu yang berbeda latar belakang budaya. Dan dalam berkomunikasi, setiap individu memiliki gaya personalnya sendiri sesuai dengan latar belakang mereka, yang meliputi budaya dan pengalaman sosial mereka. Berkat gaya personal yang beragam ini, kita akan semakin berpengalaman dan memahami kelompok tertentu pada saat melakukan komunikasi antarpribadi dengan mereka. Jadi dalam hal ini ada keterkaitan antara komunikasi antarbudaya dan komunikasi antarpribadi.

4. Tujuan komunikasi antarbudaya adalah untuk mengurangi tingkat ketidakpastian. 

Ketidakpastian di sini dapat berupa hal apapun. Seperti ketidakpastian mengenai suatu ilmu tentang budaya tertentu atau bahkan ketidakpastian mengenai persepsi seseorang terhadap diri kita. Dari ketidakpastian inilah yang membuat kita melakukan interaksi guna mendapatkan kepastian mengenai hal yang ingin kita tegaskan.

5. Komunikasi berpusat pada kebudayaan

Dalam buku Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya karya Alo Liliweri, Smith mengatakan bahwa komunikasi dan kebudayaan adalah hal yang tak dapat dipisahkan. Ada pula asumsi dari Edward T. Hall, yang mengatakan bahwa komunikasi adalah kebudayaan, dan kebudayaan adalah komunikasi. Maksud dari komunikasi berpusat pada kebudayaan adalah budaya dapat menjadi sebuah acuan dalam pergantian komunikasi, khususnya komunikasi non verbal. Ini karena pemahaman komunikasi non verbal di tiap budaya berbeda-beda.

6. Tujuan komunikasi antarbudaya adalah efektivitas antarbudaya

Efektivitas antarbudaya akan terjadi jika kita melakukan komunikasi antarbudaya yang baik. Komunikasi antarbudaya dapat terjalin dengan baik, apabila pihak-pihak yang terlibat di dalamnya memiliki manajemen komunikasi yang efektif, memiliki pemahaman seputar latar belakang budaya pihak lain guna meminimalisir terjadinya konflik, dan mempererat relasi.

 

Definisi Komunikasi Antarbudaya Menurut Para Ahli

1. Stewart L. Tubbs

Mendefinisikan komunikasi antarbudaya sebagai komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti etnik, ras, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).

2. Sitaram

Mendefinisikan komunikasi antarbudaya sebagai seni untuk memahami dan dipahami oleh individu yang memiliki kebudayaan lain.

3. Charley H. Dood

Mendefinisikan komunikasi antarbudaya sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan di situasi yang memiliki latar belakang budaya berbeda, sehingga menghasilkan efek yang berbeda-beda.

4. Andrea L. Rich

Menyatakan bahwa komunikasi antarbudaya dapat terjadi di antara pihak-pihak yang berbeda kebudayaan. Ini berarti, ketika individu yang berbeda kebudayaan dipertemukan, di sinilah akan terjadi komunikasi antarbudaya.

5. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter

Berpendapat bahwa komunikasi antarbudaya dapat terjadi karena bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut memiliki pengalaman dan latar belakang budaya yang berbeda yang mencerminkan nilai-nilai yang dianut.

(sourch: Buku Komunikasi Lintas Budaya karya Nikmah Suryandari)

 

Fungsi Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya memiliki dua fungsi utama, yakni fungsi pribadi dan fungsi sosial yang akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Fungsi Pribadi: fungsi ini adalah fungsi yang nampak dari perilaku komunikasi individu. Fungsi ini meliputi:

  • Menyatakan identitas sosial

Dalam berkomunikasi antarpribadi, kita cenderung menunjukkan identitas sosial berdasarkan karakteristik budaya yang melekat pada diri. Karakteristik ini akan nampak melalui komunikasi verbal dan non verbal dalam berinteraksi. Melalui karakteristik inilah orang lain akan dengan mudah mengetahui kultur dan identitas sosial kita.

  • Menyatakan integrasi sosial

Integrasi sosial sendiri diartikan sebagai penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Jadi, integrasi sosial adalah sikap menerima perbedaan yang ada. Dan dalam fungsi ini, antar kelompok yang berbeda saling berbaur dan melakukan penyesuaian, namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki.

  • Menambah pengetahuan

Komunikasi antarbudaya membuat kita terpacu untuk mempelajari budaya lain guna memperlancar proses interaksi dengan orang yang berasal dari kultur lain. Hal ini tentu dapat menambah ilmu baru yang kita miliki.

  • Melepaskan diri atau jalan keluar 

Fungsi ini menjelaskan bahwa komunikasi antarbudaya dapat menjadi sarana untuk mencari jalan keluar terkait permasalahan yang sedang dihadapi, yang umumnya berkaitan dengan permasalahan kita terhadap budaya lain.

2. Fungsi Sosial:

  • Pengawasan

Fungsi ini berkaitan dengan pengawasan terhadap perkembangan budaya dan lingkungan di suatu daerah. Umumnya, fungsi ini dapat dengan mudah kita temui di berbagai media massa.

  • Menjembatani

Komunikasi antarbudaya dapat berperan sebagai jembatan untuk menghubungkan individu atau kelompok yang berlainan budaya. Dengan ini, dapat dipastikan bahwa tujuan dari komunikasi antarbudaya dapat tercapai.

  • Sosialisasi nilai

Maksud dari fungsi ini adalah komunikasi antarbudaya dapat menjadi sarana untuk melakukan sosialisasi terkait budaya-budaya yang ada kepada masyarakat luar etnik. 

  • Menghibur

Komunikasi antarbudaya dapat pula dijadikan sebagai sarana hiburan melalui pertunjukan-pertunjukan teater, kesenian, dan banyak lain. Pertunjukan ini dapat dimanfaatkan untuk menghibur, memperkenalkan, dan menarik minat wisatawan dari luar etnik.

 

Hambatan Komunikasi Antarbudaya

Dalam melakukan komunikasi, kita seringkali dihadapkan pada suatu hambatan, yang membuat tidak efektifnya komunikasi yang kita lakukan. Apalagi, komunikasi yang kita lakukan adalah komunikasi antarbudaya. Hambatan tersebut dapat terjadi karena kita tidak memahami hal-hal yang berkenaan dengan budaya dari lawan bicara kita. Dan seringkali terjadi, hambatan ini biasanya muncul dari komunikasi non verbal. Sebagai contoh, acungan jempol di Indonesia adalah bentuk komunikasi non verbal bahwa kita setuju. Namun di Rusia, acungan jempol dianggap sebagai bentuk penghinaan.

Chaney dan Martin, mengibaratkan hambatan komunikasi antarbudaya bagaikan gunung es yang sebagiannya berada di dalam air. Jadi hambatan komunikasi antarbudaya ini terbagi menjadi dua bagian, yakni hambatan komunikasi antarbudaya yang berada di bawah air (below waterline) dan hambatan komunikasi antarbudaya yang berada di atas air (above waterline).

Hambatan komunikasi antarbudaya yang berada di bawah air (below waterline) adalah hambatan yang bersumber dari perilaku dan sikap dari individu yang cukup sulit untuk dilihat. Adapun hambatannya adalah sebagai berikut:

  1. Persepsi (Perceptions)
  2. Norma (Norms)
  3. Stereotip (Stereotypes) 
  4. Filosofi Bisnis (Business Philosophy)
  5. Aturan (Rules)
  6. Jaringan (Networks)
  7. Nilai (Values)
  8. Grup Cabang (Subcultures Group)

Sementara, hambatan komunikasi antarbudaya yang berada di atas air (above waterline) adalah hambatan yang cenderung mudah dilihat karena bentuk hambatan ini lebih berbentuk fisik. Terdapat beberapa hambatan komunikasi antarbudaya, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Fisik (Physical)

Hambatan ini adalah hambatan komunikasi yang berasal dari media fisik, kebutuhan diri, lingkungan, dan waktu.

2. Budaya (Cultural)

Sesuai dengan namanya, hambatan ini adalah hambatan yang berkaitan dengan perbedaan etnik, perbedaan sosial, hingga berbedaan agama.

3. Persepsi (Perceptual)

Hambatan ini adalah hambatan yang seringkali terjadi. Karena masing-masing individu memiliki cara pandang dan cara menginterpretasikan suatu pesan menggunakan caranya sendiri, sehingga menghasilkan persepsi yang berbeda pula.

4. Motivasi (Motivation)

Hambatan ini adalah hambatan yang disebabkan oleh komunikan, karena ini berkaitan dengan ingin atau tidaknya komunikan untuk mendengar dan menanggapi pesan dari komunikator.

5. Pengalaman (Experiantial)

Hambatan ini terjadi karena setiap individu yang terlibat dalam komunikasi antarbudaya tidak memiliki latar belakang dan pengalaman yang sama dalam memandang dan memahami suatu hal.

6. Emosi (Emotional)

Hambatan ini umumnya adalah hambatan yang sering terjadi pada komunikan. Jika komunikan memiliki suasana hati yang kurang baik, maka ia akan sulit mencerna pesan yang diberikan oleh komunikator dan dapat dipastikan bahwa komunikasi tidak akan dapat berjalan dengan baik.

7. Bahasa (Linguistic)

Hambatan ini terjadi jika kedua pihak yang terlibat dalam komunikasi (komunikator dan komunikan) menggunakan bahasa yang berbeda. sehingga keduanya sulit untuk memahami satu sama lain.

8. Non verbal

Hambatan ini adalah hambatan yang disebabkan oleh komunikasi tidak langsung, seperti bahasa tubuh, tanda isyarat, maupun ekspresi wajah dari pihak yang terlibat dalam komunikasi. Dapat saja tanda isyarat tertentu yang lazim bagi budaya A berlaku sebaliknya dengan budaya B sehingga timbul masalah dalam komunikasi yang dilakukan.

9. Persaingan (Competition)

Hambatan ini adalah persaingan dalam hal kegiatan yang dilakukan. Jadi pada saat komunikator berkomunikasi, komunikan melakukan lebih dari satu kegiatan yang membuatnya tidak fokus dalam menanggapi pesan dari komunikator yang berakibat pada tidak lancarnya proses komunikasi yang dilakukan.

Post a Comment for "Komunikasi Antarbudaya: Asumsi, Definisi, Fungsi, dan Hambatan"